Jumat, 22 Juli 2011

Tugas Makalah Sistem Ekonomi Indonesia Hambatan Pembangunan



 
ABSTRACT
Not all countries succeeded in their development program, which resulted in a far gap among high-income economic countries and low income economic countries. Indonesia, belonging to lower middle-income economic countries, is still facing serious problems causing development barriers together with other developing countries. This writing wishes to tell the connections between what are said to be the development barriers with Indonesia’s economic development situation. From studying literatures and data of Indonesia’s realistic conditions the writers are affirmed that the development barriers are indeed obstacles to achieve development goals.
Keywords: Economic Development, Economic Growth, Traditional Agriculture, Population Growth, Unemployment, Human Resources, Capital, Inflation 2
DAFTAR ISI
Abstrak ......................................................................................................... 1
Daftar Isi ......................................................................................................... 2
Kata Pengantar ....................................................................................................... 4
Bab I Pendahuluan ............................................................................................. 5
I.1 Latar belakang ................................................................................. 5
I.2 Masalah ........................................................................................... 5
I.3 Identifikasi Masalah ........................................................................ 5
I.4 Tujuan Makalah .............................................................................. 5
I.5 Hipotesis.......................................................................................... 6
Bab II Landasan Teori......................................................................................... 7
II.1 Teori Pembangunan ........................................................................ 7
II.2 Teori Pendapatan Nasional ............................................................. 8
II.3 Teori Pendapatan Per Kapita........................................................... 8
II.4 Teori Pertanian Tradisional............................................................. 8
II.5 Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran ................................... 9
II.6 Teori Laju Pertumbuhan Penduduk................................................. 9
II.7 Teori FDI dan Lngkaran Setan Kemiskinan ................................... 10
Bab III Pembahasan ............................................................................................. 12
III.1 Pertanian Tradisional ...................................................................... 12
III.2 Kekurangan Modal dan Tenaga Ahli .............................................. 18
III.3 Perkembangan Penduduk Pesat....................................................... 29
III.4 Masalah Menciptakan Kesempatan Kerja dan Pengangguran ........ 34
III.5 Inflasi............................................................................................... 40
Bab IV Kesimpulan dan Saran ............................................................................. 46
IV.1 Kesimpulan ..................................................................................... 44 3
IV.2 Saran................................................................................................ 45
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 48 4
KATA PENGANTAR
.
Puji syukur dan terimakasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Hambatan Pembangunan” dalam mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia ini dengan waktu yang telah ditentukan.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai berbagai hambatan-hambatan pembangunan Indonesia, yaitu pertanian tradisional, pengangguran, jumlah penduduk, Sumber Daya Manusia, modal, dan inflasi.
Terlepas dari semua itu, kami selaku penulis juga adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dalam pembuatan makalah ini, baik itu dari segi penulisan, pengertian, pembahasan, maupun penyimpulan. Oleh karena itu, kami meminta dukungan dan pengajaran dari Bapak Satrio Budi Adi, S.E., M.Si. selaku dosen dan pembimbing dari mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia berupa kritik dan saran yang membangun.
Depok, 24 April 2008
Penulis 5
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pemerintah masing-masing negara bertanggung jawab meningkatkan pembangunan ekonomi negaranya untuk menjamin tingkat kemakmuran penduduk negara tersebut yang terindikasi dari pendapatan per kapita. Berdasarkan data pendapatan per kapita, ada negara-negara yang tergolong kaya (high-income economies), berpendapatan menengah (middle-income), dan ada yang tergolong berpendapatan rendah (low income economies), di mana terdapat jurang yang cukup besar di antara negara kaya dan negara berpendapatan rendah. Ternyata, tidak semua usaha untuk membangun negara-negara tersebut menciptakan hasil yang diharapkan. Masih banyak negara berkembang yang menghadapi masalah-masalah yang serius dan menimbulkan hambatan untuk berkembang dengan cepat, termasuk negara kita, Indonesia, yang tergolong berpendapatan menengah yang rendah (lower middle-income).
I.2 Masalah
Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara yang makmur, namun sayangnya hal itu tidak terjadi. Sebaliknya, Indonesia mengalami masalah-masalah pembangunan yang serius yang tampak nyata menghalangi upaya pembangunan.
I.3 Identifikasi Masalah 6
Apakah masalah-masalah tersebut benar-benar merupakan hambatan yang memperlambat proses pembangunan dan apa sajakah hubungan sebab-akibat yang ditimbulkannya terhadap perlambatan proses pembangunan.
I.4 Tujuan Makalah
Ada 5 tujuan yang ingin diperoleh dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. untuk mengetahui hubungan pertanian tradisional dengan pembangunan ekonomi Indonesia,
2. untuk mengetahui hubungan pertumbuhan penduduk dengan pembangunan ekonomi Indonesia,
3. untuk mengetahui hubungan tingkat pengangguran dengan pembangunan ekonomi Indonesia,
4. untuk mengetahui hubungan Sumber Daya Manusia dan modal dengan pembangunan ekonomi Indonesia, dan
5. untuk mengetahui hubungan inflasi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

I.5 Hipotesis
Kami berpendapat bahwa rendahnya tingkat pembangunan ekonomi dan tingkat kemakmuran Indonesia disebabkan oleh beberapa hal yaitu masih tradisionalnya pertanian di Indonesia, pertumbuhan penduduk yang pesat, tingkat pengangguran yang tinggi, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dan modal yang dimiliki Indonesia, serta tingginya angka inflasi. 7
BAB II
LANDASAN TEORI
II. 1 Teori Pembangunan
Banyak orang mencampuradukkan penggunaan istilah pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi dalam menerangkan perkembangan ekonomi, padahal mereka digunakan dalam konteks yang berbeda. Pertumbuhan adalah tingkat perkembangan suatu negara, yang diindikasikan dengan bertambah banyaknya jumlah produksi barang/jasa dan diukur melalui pertambahan (atau persentase pertambahan) pendapatan nasional riil. Sedangkan istilah pembangunan ekonomi merupakan upaya meningkatkan kemampuan/kebebasan memilih (increasing the ability dan freedom to choice) dengan mengelola pertumbuhan dan perkembangan perekonomian. Sebagian ahli ekonomi mengartikan istilah ini sebagai berikut: economic development is growth plus change (pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan-perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi1). Sementara konsep pertumbuhan telah dijelaskan, perubahan adalah proses menuju kematangan atau kemajuan yang mencakup:
1 Sadono Sukirno, Makroekonomi, (Jakarta, 2004), 415
perubahan sikap hidup,
perubahan kelembagaan, dan
perubahan struktural (produksi , pengeluaran, dan distribusi).

Pembangunan diharapkan menaikkan tingkat kemakmuran dan taraf hidup masyarakat suatu negara. Sebagai indikator untuk menunjukkan tingkat kemakmuran biasa digunakan data pendapatan per kapita. Data pendapatan 8
nasional tidak digunakan karena berbagai negara memiliki jumlah penduduk yang sangat berbeda. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu waktu tertentu yang nilainya diperoleh dari membagi nilai Pendapatan Nasional Bruto atau Pendapatan Domestik Bruto pada suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Dalam menghitung pendapatan per kapita dapat dilakukan penghitungan berdasarkan harga yang berlaku maupun harga tetap. Data pendapatan per kapita menurut harga yang berlaku perlu dihitung untuk memberi gambaran kemampuan rata-rata penduduk membeli barang dan sebagai bahan perbandingan perbedaan tingkat kemakmuran negara. Namun, untuk menunjukkan perkembangan tingkat kemakmuran suatu negara perlu dihitung pendapatan per kapita pada harga tetap.
II.2 Teori Pendapatan Nasional
Y = C + I + G + (X-M)
Di mana : Y = pendapatan nasional
C = household consumption (konsumsi rumah tangga)
I = investasi
G = government spending (pengeluaran pemerintah)
X = menerima “valas” dari luar
M = memberi “valas” ke luar.
II.3 Teori Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita PNB = Pendapatan Nasional Bruto x 100%
Jumlah penduduk
Pendapatan per kapita PDB = Pendapatan Domestik Bruto x 100%
Jumlah penduduk 9
II. 4. Teori Pertanian Tradisional
Kekurangan modal, pengetahuan, infrastruktur pertanian, dan aplikasi teknologi modern menyebabkan produktivitas sektor pertanian sangat rendah dan tingkat pendapatan petani subsisten. Di negara-negara berkembang cara bercocok tanam yang masih tradisional, penggunaan input-input pertanian yang masih meluas, kekurangan infrastruktur pertanian, penggunaan alat-alat pertanian yang sangat sederhana menyebabkan produktivitas di sektor ini masih sangat rendah yang menimbulkan pendapatan yang rendah dan masalah kemiskinan yang masih meluas. Di samping itu, rasio tanah-penduduk yang relatif kecil memperburuk masalah kemiskinan di sektor ini. (Sukirno, 2004: 438-439)
II.5 Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran = number of people unemployed x 100%
(unemployment rate) labor force
Labor force (angkatan kerja) = jumlah orang yang bekerja + jumlah orang yang tidak bekerja
II.6 Teori Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk merupakan unsur mendasar dalam kehidupan sebuah negara. Jumlah penduduk dalam dunia ini telah bertumbuh dengan pesatnya, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Gill (1983) mengatakan bahwa hal ini dikarenakan adanya revolusi kesehatan yang disokong dengan teknologi yang canggih yang menghasilkan alat-alat kesehatan yang lebih canggih. Alat-alat kesehatan itu digunakan dengan tepat sehingga dapat mengurangi angka kematian. 10
Sementara itu, angka kelahiran tetap, bahkan bertambah karena angka kematian bayi berkurang. Kondisi seperti ini mengakibatkan pertumbuhan penduduk yang pesat.2
2 Richard T. Gill, Ekonomi Pembangunan Dulu dan Sekarang, (Jakarta: Ghalian Indonesia, 1983), 149
3 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan (Jakarta, 1982), 204-205
Penduduk memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menjadi peluang dalam pembangunan ekonomi. Hal ini dikarenakan banyaknya SDM yang merupakan salah satu dari faktor produksi. Selain itu, penduduk juga merupakan tujuan hasil produksi. Jadi pertumbuhan penduduk yang pesat akan mengakibatkan perluasan pasar barang. Namun di samping itu, pertumbuhan penduduk yang pesat juga bisa menjadi hambatan pembangunan ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang. Dalam bukunya, Sadono Sukirno menjabarkan ciri-ciri negara berkembang yang mengakibatkan pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadi hambatan dalam pembangunan ekonomi suatu negara adalah:3
1 tingkat pengangguran yang berlebihan,
2 tingkat pendapatan per kapita yang rendah,
3 jaringan pengangkutan yang masih belum sempurna,
4 masih tetap terbatasnya dana untuk penanaman modal, dan
5 terdapatnya kekurangan tenaga terdidik dan usahawan.

Jika penduduk bertambah dengan pesat, SDM yang tersedia memang banyak, namun hal ini justru menyulitkan pemerintah di negara berkembang karena umumnya angka kelahiran yang tinggi terutama dipengaruhi oleh orang-orang yang belum mengetahui dampak buruk dari pertambahan penduduk yang pesat. 11
Penduduk yang ada bukanlah penduduk yang produktif karena berasal dari kalangan yang kurang mampu. Oleh karena itu pemerintah harus berjuang untuk menyediakan bahan makanan pokok, pendidikan, serta lapangan pekerjaan yang lebih banyak juga. Untuk menggambarkan dengan sederhana konsep ini, Gill (1983) mengatakan bahwa lebih banyak tangan yang produktif, namun terdapat pula lebih banyak mulut yang harus diberi makan.4
4 Richard T. Gill, op. cit., 16
II.7 Teori FDI dan Lingkaran Setan Kemiskinan
Masalah yang sering melanda negara-negara berkembang adalah kemiskinan, kurangnya sumber modal, dan kualitas SDM yang terbatas. Keterbatasan modal yang melanda negara-negara tersebut berakar dari lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Menurut teori ini, kondisi kemiskinan suatu negara merupakan suatu sistem yang berputar atau tersirkulasi dengan teratur. Ada tiga jenis lingkaran setan yang melanda negara-negara berkembang, low demand, low saving, dan kurangnya SDA dan SDM. Dalam teori lingkaran setan kemiskinan, negara yang miskin sulit untuk membentuk modal dan memilki produktivitas yang rendah yang akhirnya berpengaruh terhadap rendahnya pendapatan riil, low saving, low investment, dan low rate of capital formation. Salah satu yang menjadi hambatan pembentukan modal pada negara-negara berkembang adalah sulitnya investasi.
Foreign Direct Investment (FDI) merupakan pemberian pinjaman atau pembelian kepemilikan perusahaan di luar wilayah negaranya sendiri. FDI terjadi manakala bisnis kita melakukan investasi pada fasilitas dan atau memasarkan suatu produksi di luar negeri. FDI tidak lain merupakan investasi langsung di luar negeri. 12
FDI dipilih dalam kondisi profitabilitas melebihi ekspor maupun lisensi. Dalam teori FDI, menentukan flow FDI dan stock FDI adalah suatu keharusan. Sejumlah pengelolaan FDI selama periode tertentu dimaksudkan sebagai flow FDI, sedangkan stock FDI mengarah kepada keseluruhan nilai akumulasi aset-aset yang dimiliki dan diperoleh dari negara tujuan. Selain itu, dipertimbangkan juga arus FDI yang keluar dari negara serta arus FDI yang masuk ke negara. 13
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Pertanian Tradisional
Kondisi Sosial Budaya Petani Indonesia
Kurangnya Pengetahuan Petani
40,73% petani di Indonesia hanya berpendidikan sekolah dasar, sementara 4,62% berpendidikan SLTA dan hanya 0,39% yang berpendidikan akademi/universitas. Kelompok yang termasuk tidak berpendidikan (tidak sekolah) dan tidak tamat SD mencapai 47,33%. Data tersebut menunjukkan rendahnya mutu atau kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh sektor pertanian Indonesia. (Soetrisno, 2006: 4-5)
Kurangnya Pengetahuan Lokal Menyangkut Pertanian
Revolusi Hijau yang diluncurkan pada permulaan 1970-an telah mebuat petani Indonesia melupakan pengetahuan lokal yang menyangkut pertanian dan lebih menggantungkan diri pada paket-paket teknologi pertanian produk industri sehingga menjadi objek permainan harga produk-produk tersebut.
Kurangnya Aplikasi Teknologi Modern
15,1 juta orang atau 76,2% dari jumlah rumah tangga pertanian di Indonesia berusia antara 25-54 sementara 4,2 juta (21,46%) berusia >55. Umur rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh terhadap produktivitas sektor pertanian di Indonesia: petani yang berusia tua cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi teknologi. Lagipula, petani Indonesia 14
pada umumnya adalah “petani gurem” dan harus mengusahakan pertanian di lingkungan tropis yang penuh risiko seperti banyaknya hama dan tidak menentunya curah hujan, sehingga mereka harus lebih hati-hati dalam menerima inovasi teknologi karena kegagalan berarti penderitaan bagi seluruh keluarga sementara di Indonesia belum terdapat asuransi yang dapat melindungi mereka dari kegagalan. (Soetrisno, 2006: 5)
Tingkat Pendapatan Petani Subsisten; Rasio Tanah-Penduduk Relatif Kecil
Soetrisno (2006) mengungkapkan bahwa dalam sosiologi Barat, terdapat dua konsep petani: peasants dan farmers. Peasants (subsistance farmers) adalah petani yang memiliki lahan sempit dan memanfaatkan sebagian terbesar hasil pertanian yang diperoleh untuk kepentingan mereka sendiri, sementara farmers adalah orang-orang yang hidup dari pertanian dan memanfaatkan sebagian besar hasil pertanian yang diperoleh untuk dijual dan telah akrab dengan pemanfaatan teknologi pertanian modern seperti perbankan. Data di bawah ini menunjukkan bahwa petani Indonesia termasuk peasants atau subsistance farmers.
Di Indonesia, jumlah rumah tangga pertanian didominasi oleh petani yang memunyai luas tanah kurang dari 0,5 ha. (Soetrisno, 2006: 4) Pada 2002, dari 38,4 juta orang miskin di Indonesia, 65,4% di antaranya berasa di pedesaan, dan 53,9% adalah petani. Pada 2003, dari 24,3 juta rumah tangga pertanian yang berbasis lahan, 20,1 juta (82,7%) dapat dikategorikan miskin. Sensus Pertanian 2003 seperti dalam Tabel III.1.1 memberikan gambaran tentang seriusnya masalah kemiskinan dan ketidaksejahteraan petani. Permasalahan kemiskinan di pertanian bertambah serius karena sebagian besar “petani gurem” tersebut berada di Pulau Jawa yang memberi kontribusi >50% terhadap produksi nasional. (Krisnamurthi, 2006) 15
Tabel III.1.1
Perkembangan Rumah Tangga Petani Berdasarkan Sensus Pertanian 2003 1993
2003
Pertambahan
Jumlah Rumah Tangga Pertanian (juta RTP)
20,8
25,4
2,2%/tahun
Jumlah “Petani Gurem” (juta RTP)
10,8
13,7
2,6%/tahun
Porsi “Petani Gurem”
52,7%
56,5%
Porsi “Petani Gurem” di Jawa
69,8%
74,9%







0 komentar:

Posting Komentar

Recent Posts